Rabu, 18 Mei 2016

Kunjungan Kerja Direktorat Jendral Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) ke Kawasan Kemitraan

Tim PSKL bersama Kepala KPHL Rinjani Timur
Selasa, 10 Mei 2016 rombongan Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) menghadiri rapat fasilitasi pembangunan kemitraan antara pemegang ijin pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI) PT. Sadhana Arif Nusa dan masyarakat sekitar hutan di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur. Dalam rapat tersebut, Dirjen PSKL mendapat informasi bahwa KPHL Rinjani Timur telah membangun kemitraan hutan tanaman “Sengon Laut” bersama masyarakat di kawasan hutan produksi yang letaknya berbatasan dengan kawasan HTI PT. Sadhana Arif Nusa. Kawasan hutan tersebut terletak di Desa Sugian, Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur. Usai mendapatkan informasi tersebut rombongan Dirjen PSKL tertarik untuk mengunjunginya.


Tim PSKL, Penyuluh, Staf KPH, dan Masyarakat
Hari berikutnya, rombongan Dirjen PSKL mengunjungi Kawasan Kemitraan KPHL Rinjani Timur. Mereka memberikan motivasi, penjelasan, arahan terkait kemitraan dan hal-hal penunjang kemitraan serta menampung aspirasi dan harapan masyarakat. “Dengan melakukan kemitraan bersama KPHL Rinjani Timur dan menanam pohon berarti bapak telah membuat investasi tabungan untuk masa mendatang, yaitu dengan panen pohon. Selain itu, juga turut serta menjaga kelestarian hutan dan memperbaiki iklim mikro”, ujar Bapak Ir. Hendro Purnadi, M.MA, wakil Dirjen PSKL Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Terkait hal-hal penunjang kemitraan, beliau juga menyebutkan bahwa akan diadakannya bantuan sosial dalam rangka penguatan kelompok, bantuan tersebut berupa biaya pengadaan bibit pohon untuk penyulaman dan bantuan kambing yang akan dilakukan secara berkala melalui KPHL Rinjani Timur.

Proses Diskusi di Sugian
Sebagai upaya peningkatan kepercayaan masyarakat terkait keberlangsungan kemitraan yang dibangun, Dirjen PSKL juga akan memfasilitasi pembuatan MoU antara masyarakat dan KPHL Rinjani Timur. Perjanjian sementara yang dibuat pada awal februari akan direvisi sesuai arahan dari Dirjen PSKL. Perubahan tersebut meliputi penambahan konten hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra dan penguatan hukum melalui jaminan dari berbagai pihak terkait, diantaranya Bupati Lombok Timur, Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Dirjen PSKL.

Setelah diskusi hangat dengan para pelaku kemitraan di Desa Sugian, rombongan Dirjen PSKL berkesempatan untuk mengelilingi gili-gili yang ada dalam kawasan pengelolaan KPHL Rinjani Timur. Pengalaman baru dapat mereka rasakan karena kami mengelilingi gili dengan kapal nelayan seadanya tanpa ada atap maupun tempat duduk yang layak. Dengan latar Gunung Rinjani kami mulai berlayar.

Untuk tujuan pertama, kami mengajak Tim PSKL ke Gili Sulat untuk melihat kondisi mangrove dan potensi lain yang ada di dalamnya. Komunitas lamun di bawah air menyambut kedatangan kami saat merapat di dermaga. Jajaran Rhizophora sp. dan Bruguiera sp. dinikmati melalui jalur trail mangrove yang telah dibangun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Timur karena perairan gili merupakan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD).

Ibu Yulinda dan tokoh masyarakat
“Alangkah baiknya kalau kawasan ini bisa dikelola dengan baik oleh kehutanan, bekerjasama dengan KKLD dan tentunya masyarakat sekitar. Gili Sulat memiliki potensi yang besar", ungkap Ibu Dra. Yulinda Rudjito, M.M., salah satu tamu dari Tim PSKL Jakarta. Hal ini tentunya meningkatkan semangat dan motivasi bagi KPHL Rinjani Timur untuk mengelola kawasan gili. Lain dengan Gili Sulat, di Gili Lawang Tim PSKL melihat pertumbuhan pohon waru yang merupakan tanaman RHL tumbuh dengan baik. Uniknya di Gili Lawang adalah adanya sumber mata air tawar di dalam pulai kecil itu.



Usai menjelajah kedua gili, rombongan kembali untuk istirahat makan siang yang cukup terlambat karena hari sudah sore. Namun semangat belum surut untuk melanjutkan perjalanan ke gili terakhir yang berada di kawasan KPHL Rinjani Timur, yaitu Gili Petagan. Setelah acara makan selesai, rombongan kembali berlayar menuju Gili Petagan.

Karakteristik Gili Petagan yang hampir tidak memiliki garis pantai menyebabkan perahu tidak bisa merapat ketika air mulai surut sehingga kami hanya mengelilinginya saja. Sebagai gantinya, kami mengajak rombongan berkunjung ke Gili Kondo, salah satu objek wisata gili di Lombok Timur. Perjalanan 2 gili ini dilakukan sambil menikmati tenggelamnya matahari di ufuk barat.

Dengan adanya kunjungan ini diharapkan adanya kelancaran proses pengelolaan kawasan hutan untuk selanjutnya, baik dalam program kemitraan maupun kegiatan lain. –JS & JJ- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar